KATA PENGANTAR
Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, besar rasa syukur penulis kehadirat Allah Swt. Karena berkat rahmat, inayah dan juga taufiq serta hidayahnya yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan sebuah makalah dengan judul “Pola Asuh Anak Pada Orangtua di Dusun Batoh.”
Makalah ini penulis susun, agar dapat berguna untuk dimanfaatkan oleh segenap para pembaca, terutama yang belum begitu mengetahui juga memahami tentang salah satu tentang pembahasan nantinya. Demikianlah kiranya yang dapat penulis persembahkan dan tidaklah lain sebagai harapan dari penulis semoga makalah ini benar-benar untuk bisa ber mamfaat bagi para pembaca yang budiman yang sedang giat-giatnya untuk mengkulang kaji tentang masalah yang ada dalam pembahasan nantinya.
Dan akhirnya tegur sapa dari para pembaca yang bersifat hal membangun sangat penulis tunggu-tunggu, demi perbaikan dan juga kesempurnaan isi makalah ini. Karenanya penulis sebagai manusia biasa yang tidak luput dari rasa lupa dan jauh dari kesempurnaan.
Banda Aceh, 27 April 2020
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I : PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 2
Tujuan Penulisan 2
BAB II : LANDASAN TEORITIS 3
Pola Asuh 3
Peran Orangtua dalam Pembinaan Agama Anak 6
Faktor yang Mempengaruhi Nilai Agama Anak 8
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN 11
Pendekatan dan Jenis Penelitian 11
Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian 11
Teknik Pengumpulan Data 12
Teknik Analisis Data 13
BAB IV : PENUTUP 14
Kesimpulan 14
Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 15
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pola atau cara mengasuh anak di dalam keluarga merupakan suatu lingkungan pendidikan atau proses yang utama bagi perkembangan pribadi anak yang utuh, karena keluarga adalah lingkungan yang pertama dan hal utama dikenal oleh anak, jadi dalam lingkungan keluargalah watak dan perilaku anak akan dibentuk yang sekaligus akan mempengaruhi perkembangannya di masa depan. Jadi, semua aspek kepribadian dapat dibentuk di lingkungan keluarga. Dalam keluarga, orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dan mempunyai tanggung jawab yang sangatlah besar terhadap semua anggota keluarga yang menjadi tanggung jawabnya. Khususnya seorang ibu yang bisa dikatakan sebagai arsitektur di dalam rumah tangga, ia dituntut bisa mengatur suasana dalam rumah dan menjadi kunci utama dalam membentuk perilaku anak-anaknya.
Seorang ibu diharapkan bisa mengatur suasana artinya beliau dapat menciptakan suasana atau kondisi keluarga yang harmonis, tenang dan bisa membawa kedamaian di antara seluruh anggota keluarga. Ayah juga menjadi salah satu pembentuk pribadi anak, yang mengandung maksud bahwa seorang ayah mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap pembentukan pola tingkah laku dan penanaman isi nilai-nilai keagamaan pada anak. Oleh karena itu, orang tua haruslah mempunyai pengetahuan yang cukup tentang bagaimana cara mengasuh anak dengan mempertimbangkan dan memperhatikan tentang perkembangan jiwa anak secara baik. Begitu berat tanggung jawab yang dibebankan kepada orang tua, tentunya harus menjadi perhatian yang besar tentang bagaimana cara pandang orang tua tentang mengasuh anak.
Untuk membangun nilai-nilai agama pada anak dibutuhkan upaya serius dari berbagai pihak terutama keluarga agar anak memiliki jiwa mandiri, bertanggung jawab dan mengenal sejak dini untuk bisa dapat membedakan hal yang baik dan buruk, benar-salah, hak-batil. Namun, dalam pembentukan nilai-nilai agama pada anak, tidak semua keluarga mampu dan berhasil. Salah satunya adalah keluarga yang ada di Dusun Batoh Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh.
Sebagian besar keluarga di Dusun Batoh Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh, memiliki kesibukan setiap harinya bagi para ayah mencari penghasilan dengan bekerja sebagai pedagang. Kegiatan tersebut tentunya banyak menyita waktu sang ayah untuk bisa bersama keluarga, sedangkan sebagian para ibu sibuk dengan rutinitasnya mereka berjualan dan bertani, hal tersebut adalah tuntutan ekonomi dindalam keluarga. Permasalahan dalam pola asuh yang terjadi pada tiap keluarga adalah kurangnya satu pembinaam nilai-nilai agama pada anak oleh orangtua.
Rumusan Masalah
Berdasarkan keterangan dan juga penjelasan dari latar belakang masalah yang di atas maka pembahasan ini akan difokuskan pada hal-hal sebagai berikut :
Bagaimana pola asuh dalam pembinaan orangtua terhadap anak di Dusun Batoh Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh ?
Apa saja problematika yang dihadapi orangtua dalam pembinaan anak di Dusun Batoh Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh ?
Apakah upaya orangtua dalam membina anak di Dusun Batoh Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh ?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan ini ialah selain untuk bisa memenuhi tugas-tugas didalam perkuliahan juga diharapkan sebagai hal-hal berikut :
Untuk memahami tentang pola asuh dalam pembinaan orangtua terhadap anak di Dusun Batoh Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh
Untuk memahami tentang problematika yang dihadapi orangtua saat pembinaan anak di Dusun Batoh Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh
Untuk memahami tentang upaya orangtua dalam membina anak di Dusun Batoh Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
Pola Asuh
Istilah pola asuh terdiri dari dua suku kata yaitu pola dan asuh. Menurut Jicks Poerwadarminta pola adalah model dan istilah asuh diartikan menjaga, merawat dan mendidik anak atau diartikan memimpin, membina, melatih anak supaya bisa mandiri dan berdiri sendiri. Webster’s mengemukakan bahwa istilah asuh dalam bahasa Inggris diartikan dengan konsep nurture yang memiliki pengertian: “The sum of the influences modifying the expression of the genetic potenti alities ofo rganism” ini artinya sejumlah perubahan ekspresi yang dapat mempengaruhi potensi genetic yang melekat pada diri individu. Sementara dalam Depdikbud asuh diartikan membimbing atau membantu.
Orangtua dan anak merupakan satu kesatuan yang hidup dalam satu lingkungan, dan setiap lingkungan yang ditinggali anak akan membentuk karakter pada anak. Setiap nilai-nilai yang melekat pada anak adalah dibentuk oleh bagaimana nilai-nilai yang ada diperoleh oleh orangtua. Orangtua yang memiliki pengetahuan agama yang baik akan menerapkan pada anaknya bagaimana seharusnya nilai-nilai yang harus melekat pada anak. Semua orang tua pasti menghendaki anak-anaknya sesuai dengan kehendak orang tuanya, untuk itulah sejumlah ekspresi atau dalam sejumlah bentuk asuhan, didikan dan bimbingan dilakukan orang tua semaksimal mungkin agar anak ini kelak sesuai dengan harapan mereka.
Pola pengasuhan merupakan kemampuan orangtua yaitu ibu dan ayah dalam memberikan perhatian, waktu bersama anak, dukungan dan motivasi untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak. Pola pengasuhan anak dalam garis besarnya, didefinisikan menjadi tiga macam, antara lain pola asuh otoritera, pola asuh permifif, dan pola asuh demokratif.
Pola asuh Otoritera.
Pola asuh otoriter merupakan pengasuhan yang dilakukan dengan cara di dalam memaksa, mengatur, dan bersifat keras. Anak yang cenderung di kekang oleh orangtua dan anak harus mengikuti kehendak orangtua baik secara paksaan maupun yang diinginkan anak. Pola asuh yang seperti ini berdampak negatif terhadap anak karena anak merasa ditekan oleh orangtua dan anak dapat bila mengalami stres, takut terhadap orangtua dan depersi.
Pola asuh permisif
Pola asuh permisif merupakan pola asuh yang dilakukan orangtua dengan cara bebas. Maksudnya adalah anak dibiarkan dengan bebas melakukan apa saja dan memberikan apa yang anak minta tanpa ada pengawasan dan kepedulian para orangtua. Anak dibiarkan begitu saja tanpa ia arahan maupun didikan sehingga anak akan bersifat egois dan manja.
Pola asuh demokratis
Pola asuh ini merupakan pola asuh yang seharusnya diberikan orangtua pada anak. Pola asuh demokratis yaitu memberikan kebebasan dan juga bimbingan pada anak. Anak terus dibimbing, diarahkan dan dididik sesuai perkembangan nya, orangtua terus mendukung apa yang terbaik bagi anak dengan selalu bisa memberikan stimulus pada anak.
Habibi mengatakan bahwa masa depan anak dikemudian hari akan sangatlah tergantung dari pengalaman yang didapatkan anak termasuk faktor pendidikan dan pola asuh orang tua. Di saat sekarang ini tidak sedikit orang tua yang mengejar kepentingan mereka sendiri dengan dalih untuk kesejahteraan anak, sehingga terkadang peran dalam mereka sebagai orang tua yaitu mendidik dan mengasuh anak terlalaikan.
Masa depan anak tentunya tidak terlepas dari pengaruh pola asuh orangtua dan didikan orangtua. Untuk membentuk masa depan anak yang baik maka harus melalui proses yang panjang, di dalam proses itulah pola asuh orangtua pada anak menentukan perkembangan anak selanjutnya. Permasalahan yang terjadi sekarang adalah banyaknya orangtua yang lalai dengan kewajiban mereka dalam mengasuh dan mendidik anak, dan mereka tidak merasa bersalah dengan apa yang mereka lakukan. Banyak orangtua sibuk dengan dunia mereka sendiri dengan alasan demi kepentingan keluarga namun dalam mengasuh anak yang merupakan kewajiban utama mereka sepelekan.
Lingkungan tempat tinggal sangat berpenagruh pada pola pengasuhan keluarga. Dapat dilihat dari keluarga yang tinggal di pesisir yang sebagian besar adalah keluarga nelayan dengan pekerja kasar dan tingkatan pengetahuan agama yang kurang dan anak-anak yang bermain bebas, dengan keluarga yang tinggal di perkotaan yang kebanyakan bersekolah dan juga lingkungan yang terjaga dan kebanyakan anak-anak menghabiskan waktu di lingkungan rumah yang terjaga. Selanjutnya, subkultur budaya ataupun budaya setempat berpengaruh pada pengasuhan keluarga. Sebagai contoh pada budaya barat di Amerika Serikat yang memperbolehkan anak-anak mempertanyakan tindakan orangtua dan ikut campur di dalam pembicaraan orangtua tentang aturan dan standar moral. Di Indonesia, perilaku seperti ini dianggap tidak sopan, karena anak-anak tidak boleh ikut campur tentang tindakan orangtuanya.
Pada status sosial ekonomi, keluarga dari kelas sosial yang berbeda mempunyai pandangan tentang cara mengasuh. Anak dari orangtua yang status sosial ekonomi ke atas cenderung memanjakan anak mereka dengan segala fasilitas, sedangkan anak yang dengan orangtua status sosial ekonomi ke bawah cenderung bersikap tidak acuh karena mereka membebaskan anak-anak bermain apapun dan dimanapun disebabkan kurang-nya penyediaan fasilitas di rumah. Peran ibu dan ayah sangat besar dalam menciptakan suasana keluarga yang baik agar keluarga dapat menjadi wadah yang memungkinkan terjadinya perkembangan anak secara wajar.
Ibu memiliki banyak peran dalam keluarga karena pola asuh yang inti dari ibu yang sebagian besar waktu di rumah. Beberapa peran ibu dalam keluarga seperti (1) memenuhi kebutuhan fisiologis dan psikis, (2) merawat dan mengurus keluarga dengan sabar, (3) ibu sebagai pendidik mampu mengatur dan mengendalikan anak, (4) sebagai contoh teladan, (5) menjadi manajer di rumah untuk mengatur kelancaran rumah tangga, (6) ibu memberikan rangsangan dan pelajaran bagi perkembangan anak, (7) peran ibu sebagai seorang istri.
Pembagian tugas dalam keluarga bagi ayah berkaitan dengan lingkungan luar keluarga (pekerjaan luar rumah). Ayah sebagai kepala keluarga memiliki akan beberapa peran yaitu sebagai pencari nafkah, suami yang penuh pengertian akan memberi rasa aman, ayah berpartisipasi pada pendidikan anak ayah sebagai tokoh yang tegas. Namun di zaman modern sekarang ini peran ibu dalam keluarga tidak hanya sebatas menjadi ibu rumah tangga, apalagi dengan tuntutan akann ekonomi dalam keluarga juga menjadi pendorong ibu bekerja di dalam bidang apa saja. Untuk itulah kehidupan keluarga yang sama-sama sibuk akan berpengaruh pada pola asuh anak.
Peran Orangtua dalam Pembinaan Agama Anak
Agama mempunyai ruang yang sangat luas untuk ambilbagian di dalam proses pembentukan karakter generasi suatu bangsa. Menjadikan peserta didik berakhlak mulia merupakan sebuah keharusan. Hanya dengan akhlak mulia karakter bangsa akan mampu terbentuk sempurna. Pembinaan dasar yang melekat dalam diri anak akan berpengaruh pada sikap dan perilaku anak, pembinaan yang di lakukan keluarga dalam penelitian ini adalah pembinaan yang di lakukan oleh ayah atau ibu sebagai suatu keluarga kecil di dalam masyarakat. Tentunya di pembinaan yang dimaksud adalah penanaman nilai-nilai agama kepada anak sejak usia dini.
Pendidikan nilai memang haruslah diterapkan sejak usia dini, dan yang menjadi kewajiban yang pertama kali untuk bisa menerapkan nilai-nilai agama pada anak adalah orangtua anak. Pendidikan akhlak merupakan bagian dari nilai-nilai agama yang dapat di terapkan melalui pola asuh orangtua yang berlandaskan islami. Akhlak dapat diarti kan budi pekerti dan kelakuan. Akhlak dapat dikatakan hubungan yang khusus antara makhluk dan juga Khaliq seperti, Khaliq (Allah Maha Pencipta), Khalaqa (Kemampuan Allah Mencipta), Makhluq (Hasil Ciptaan Allah), Akhlaq (Sifat Allah pada Ciptaan).
Nilai adalah prinsip-prinsip sosial, tujuan-tujuan, atau standar yang dipakai atau diterima oleh individu, kelas, masyarakat, dan lain-lain. Nilai erat kaitannya dengan hal kebaikan, kendati keduanya memang tidak sama mengingat bahwa sesuatu yang baik tidak selalu bernilai tinggi bagi seseorang atau sebaliknya. Nilai adalah sesuatu yang paling dijunjung tinggi, yang mewarnai dan ia menjiwai tindakan seseorang. Nilai itu seperti keyakinan untuk melakukan sesuatu tindakan, nilai-nilai itu merupakan bagian kenyataan yang tidak dapat dipisahkan atau diabaikan, karena setiap orang bertingkah laku sesuai dengan seperangkat nilai. Dalam Al-Qur’an digambarkan bahwa anak yang merupakan penyejuk pandangan mata (qurrataa’yun), sumberkebahagiaan, dan belahan hati manusia di dunia ini.
Keberadaan anak di dalam suatu keluarga menjadikan keluarga itu terasa hidup, harmonis, dan menyenangkan, sebaliknya ketiadaan anak di dalam keluarga menjadikan keluarga tidak berarti apa-apa, karena kehilangan salah satu ruh yang dapat menggerak kan keluarga itu. Di mata seorang bapak, anak akan menjadi penolong, penunjang, pemberi semangat, dan penambah kekuatan, di mata seorang ibu, anak menjadi harapan hidup, penyejuk jiwa, penghibur hati, kebahagiaan hidup, dan tumpuan di masa depan. Anak merupakan titipan Allah untuk para orangtua maka ini dari itu sudah merupakan kewajiban bagi setiap orangtua mengasuh dan merawat anak yang diberikan oleh Allah kepada mereka.
Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran anak di tengah-tengah keluarga merupakan bagian terpenting dari kebahagiaan setiap rumah tangga. Orang tua atau keluarga yang telah ini dikaruniai anak, wajib berterimakasih atau bersyukur hanya kepada Allah SWT. yang telah memberikan kepadanya kebahagiaan dengan memberi-kan karunia berupa keturunan ataupun anak yang menjadi pujaan hati dan kesayangan, sekaligus menjadi tumpuan harapan bagi kebahagiaan masa depannya. Dalam surah Al-Luqman ayat 17 menjelaskan bahwa:
يَٰبُنَيَّ أَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ وَأۡمُرۡ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَٱنۡهَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَٱصۡبِرۡ عَلَىٰ مَآ أَصَابَكَۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنۡ عَزۡمِ ٱلۡأُمُورِ
Artinya : “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang di wajibkan (oleh Allah).” (QS. Luqman : 17).
Dalam surah Al-Luqman menjelaskan bahwa orangtua harus menanamkan nilai-nilai agama pada anak dengan mendirikan shalat, mengerjakan perbuatan yang baik, dan juga selalu sabar dengan hal cobaan yang Allah berikan. karena semua itu merupakan kewajiban bagi semua umat muslim yang diwibkan oleh Allah. Luqman memperingat kan kepada putranya agar putranya agar dapat menjauhi sifat sombong, karena Allah membenci hamba yang sombong. Betapa Luqman Hakim begitu peduli akan pendidikan anak. Nasihat ini patutlah diajarkan pada anak-anak lain agar memiliki sikap baik baik kepada Allah, orangtua dan sesama.
Faktor yang Mempengaruhi Nilai Agama Anak
Sikap keagamaan merupakan suatu keadaaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk dapat bertingkah laku sesuai dengan sisi kadar ketaatannya terhadap agama. Sikap keagamaan tersebut oleh adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur kognitif, perasaan terhadap agama sebagai unsur afektif, dan perilaku terhadap agama sebagai unsur konatif. Jadi, sikap keagamaan merupakan integrasi secara kompleks antara pengetahuan agama, perasaan agama serta tindakan keagamaan dalam dri seseorang.
Sikap keagamaan terbentuk dari oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Perkembangan jiwa keagamaan selain ditentukan oleh faktor ekstern juga yang ditentukan intern seseorang. Seperti halnya aspek pada kejiwaan lainnya, maka para ahli psikologi agama mengemukakan berbagai teori berdasarkan pendekatan masing-masing. Tetapi, secara garis besarnya faktor-faktor yang ikut mempengaruhi terhadap suatu hal perkembangan akan jiwa di dalam keagamaan antara lain faktor hereditas, tingkat usia, kepribadian, dan kondisi kejiwaan seseorang.
Faktor Intern
Perkembangan jiwa keagamaan selain yang ditentukan oleh faktor ekstern juga ditentukan oleh faktor intern seseorang.
Fitrah Manusia
Fitrah Manusia Perbedaan hakiki antara manusia dan hewan adalah bahwa manusia memiliki fitrah (potensi) beragama. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini, baik yang masih primitif (bersahaja) maupun yang modern, baik yang lahir di negara komunis maupun beragama, baik yang lahir dari orang tua yang shalih maupun yang jahat.
Tingkat Usia
Dalam bukunya The Development of RelegiousChildren Ernest Harms dalam mengungkapkan bahwa perkembangan pada anak-anak ditentuka oleh suatu tingkat usia mereka. Perkembangan tersebut dipengaruhi pula oleh suatu hal perkembangan berbagai aspek kejiwaan yang termasuk perkembangan akan kemampuan berpikir.
Kepribadian
Kepribadian menurut pandangan psikologi terdiri dari dua unsure, yaitu unsur hereditas dan sisi lingkungan. Adanya kedua unsure yang membentuk kepribadian itu menyebabkan munculnya konsep tipologi dan juga karakter. Tipologi lebih ditekankan kepada unsur bawaan, sedangkan karakter lebih di tekankan oleh adanya pengaruh lingkungan.
Kondisi Kejiwaan
Kondisi kejiwaan ini terkait dengan suatu kepribadian akan sebagai faktor intern. Menurut Sigmund Freud menunjukkan bahwa pada gangguan dalam kejiwaan yang dalam ditimbulkan oleh konflik yang tertekan di alam akan ketidaksadaran manusia. Konflik akan menjadi sumber gejala kejiwaan yang abnormal.
Faktor Ekstern
Faktor ekstern yang dinilai berpengaruh dalam perkembangan jiwa dalam suatu keagamaan dapat dilihat dari lingkungan dimana seseorang itu hidup.
Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan satuan sosial yang paling sederhana didalam kehidupan manusia, keluarga merupakan lingungan sosial pertama yang ada dikenal nya. Dengan demikian, kehidupan keluarga menjadi fase sosialisasi bagi hal pembentukan keagamaan anak. Sigmundfreud dengan konsep Father Image menyatakan bahwa perkembangan jiwa didalam keagamaan anak.
Lingkungan Institusional
Lingkungan intitusionalyang ikut mempengaruhi perkembangan jiwa dalam keagamaan dapat berupa instutusi formal seperti sekolah ataupun nonformal seperti berbagai perkumpulan dan organisasi. Dan sekolah sebagai institusi penddikan formal ikut memberi pengaruh dalam hal membantu tentang hal perkembangan kepribadian anak.
Lingkungan Masyarakat
Boleh dikatakan setelah menginjak usia sekolah, sebagian besar waktu pada jaganya dihabiskan di sekolah dan masyarakat. Ini meskipun longgar namun kehidupan bermasyarakat dibatasi oleh berbagai norma dan nilai-nilai yang di dukung warganya. Karena itu, setiap warga berusaha untuk menyesuaikan sikap dan tingkah laku dengan norma dan nilai-nilai yang ada.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembinaan agama pada anak seperti yang telah dijelaskan di atas. Pada hakikatnya nilai-nilai agama pada anak akan tumbuh baik itu dari keluarga, masyarakat maupun dari lingkungan dimana anak memperoleh pengalaman, baik itu faktor intern maupun ekstern. Nilai agama yang sudah melekat baik juga dapat berkurang dengan faktor-faktor di atas. Untuk itu lah peneliti bermaksud melihat upaya penanaman dan penguatan nilai-nilai agama bagi anak dari orangtua tentunya dilihat juga bagaimana sikap keagaaman orangtua itu sendiri.
BAB III
METODE PENELITIAN
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang menggunakan pendekatan penelitian lapangan (fieldresearch), peneliti berusaha untuk menggambarkan bagaimana pola asuh keluarga nelayan dalam menanamkan nilai-nilai agama pada anak secara lengkap di dalam bentuk uraian kata-kata secara jelas dan apa adanya yang terdapat di lapangan. Penelitian kualitatif adalah salah satu prsedur penelitian yang dapat untuk menghasilkan data deskriptif berupa ucapan, tulisan dan perilaku orang-orang yang bisa akan diamati.
Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Dusun Batoh Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh. Pada penelitian ini, peneliti ingin melihat pola asuh orangtua terhadap penanaman nilai-nilai agama pada anak. Subjek penelitian ini adalah anak-anak dan orangtua anak, baik ibu maupun ayah. Subjek penelitian yang berupa individu yang dijadikan sumber informasi yang dibutuhkan untuk hal melengkapi data penelitian. Subjek penelitian bisa disebut responden atau informan. Dalam penelitian ini peneliti yang mengambil subjek penelitian dari populasi dan sampel.
Populasi merupakan total pada keseluruhan subjek penelitian, sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi subjek peneltian yang akan digunakan dalam penelitian. Munculnya sampel disebabkan oleh suatu hal ketidakmungkinan meneliti seluruh unsur di dalam populasi, lebih-lebih bila berukuran sangat besar. Ide pokok dari tehnik pengambilan sampel adalah :
Mencari informasi mengenai seluruh populasi
Mencari informasi pada sebagian populasi tersebut
Informasi yang ditemukan diberlakukan kepada seluruh populasi.
Jumlah keseluruhan populasi penelitian adalah seluruh anggota keluarga yang di Dusun Batoh Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh yang memiliki anak usia 5-6 tahun. Peneliti mengambil sampel 5 keluarga mewakili dari seluruh populasi mengingat peneliti menggunakan teknik purposiv sampling. Teknik ini digunakan karena peneliti hanya mengambil keluarga yang bekerja sebagai nelayan dan tidak lebih dari 5 keluarga untuk memanfaatkan waktu penelitian seefektif mungkin.
Adapun pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik purposiv sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan generalisasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 5 keluarga yang memiliki anak usia 5-6 tahun ibu yang ada bekerja selain pegawai negeri sipil (PNS). Pengambilan sampel diambil dengan ada melihat latar belakang pekerjaan orangtua dan anak berusia 5-6 tahun.
Alasan peneliti mengambil 5 keluarga untuk penelitian adalah dikarenakan jumlah keluarga yang berlatar belakang pekerjaan nelayan dan memiliki anak usia 5-6 tahun hanya 5 keluarga, selebihnya adalah usia sekolah dasar dan usia di bawah 5-6 tahun.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam suatu penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Observasi
Tujuan dilakukannya obsevasi adalah untuk mencatat ataupun mendeskripsikan perilaku objek serta memahaminya selanjutnya dianalisis oleh peneliti untuk menjawab masalah penelitian. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi berperan serta yaitu, peneliti terlibat langsung dengan subjek penelitian sehari-hari.
Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu. Wawancara yang mampu dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur atau wawancara baku, dimana penulis sudah sebelumnya membuat instrumen daftar pertanyaan yang akan bisa diajukan kepada informan. Wawancara terstruktur yang susunan pertanyaannya sudah ditetapkan sebelumnya (biasanya tertulis).
Dokumentasi
Dokumenasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa foto-foto yang akan diambil saat observasi dan saat wawancara bersama dengan informan untuk memperkuat data penelitian.
Teknik Analisis Data
Analisis data yang dilakukan dengan cara menyusus data, menghubungkan data, mereduksi data dan menarik kesimpulan dan verifikasi.
Reduksi Data
Reduksi data yaitu pemilihan, perhatian, penyederhanaan data yang muncul dari catatan tertulis dari lapangan. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah berikutnya adalah menyajikan data. Dan penyajian data dalam penelitian ini berupa uraian dan isi penjelasan-penjelasan yang telah direduksi sebelumnya.
Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat sebagai pendukung pada tahap di dalam pengumpulan data berikutnya. Kesimpulan yang telah di dukung oleh bukti-bukti atau pengujian, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan suatu kesimpulan yang kredibel (dapat dipercaya).
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pembahasan maka penelitian dapat mengambil beberapa kesimpulan dari beberapa subjek penelitian yaitu:
Pembinaan nilai-nilai agama dari keluarga sering dilakukan namun tidak terlalu efektif dikarenakan pola asuh orangtua yang cenderung permisif, otoriter dan juga terkadang sedikit sekali demokratif. Pola asuh otoriter terlihat dari pemberian sanksi yang diberikan orangtua kepada anak. Permisif dilihat dari orangtua yang terkadang membiarkan anak bermain tanpa penerepan nilai-nilai agama didalamnya, artinya anak dibiarkan bermain bebas. Sisi pola asuh demokratif terlihat dari adanya sedikit pembelajaran berulang-ulang namun tidak selalu dikarenakan kurangnya tentang hal pengetahuan orangtua terhadap pendidikan anak usia dini dari aspek perkembangan anak.
Problematika yang dihadapi orangtua adalah anak yang terlalu sering bermain dan tidak kurangnya antusias untuk pergi ke tempat pengajian.
Upaya orangtua dalam membina nilai agama pada anak seperti diajarkkan berwudhu dengan melihat orangtua berwudhu, memberikan sanksi jika berbohong atau berkata kasar, menyuruh anak untuk pergi ke tempat pengajian.
Saran
Demikianlah kiranya makalah ini yang dapat penulis sampaikan, tentunya tidak lepas dari keterbatasan dan kekurangan dan jauh dari kesempurnaan dan kelengkapan isi. Oleh kareana sebab itu, penulis berharap kepada para pembaca untuk memberikan kriti kan sehat yang bersifat membangun yang bisa membuat makalah ini menjadi lebih baik. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dimana saja berada.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Zaenul Fitri, Reinventing Human Charcter. Pendidikan Karakter Berbasis Nilai & Etika di Sekolah, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.
Ani Siti Anisah, Pola Asuh Orangtua dan juga Implikasinya Terhadap Pembentukan Karakter Anak, Jurnal Pendidikan Universitas Garut, Vol. 05; No. 01; 2011.
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.
Habibi dalam buku Joko Tri Suharsono dkk, Hubungan Pola Asuh Orangtua Terhadap Kemampuan Sosialisasi Anak Prasekolah di TK Pertiwi Purwokerto Utara.
Hamka Abdul Aziz, Pendidikan Karakter Berpusat Hati, Jakarta: AMP Press, 2012.
Hendrawan Nadesul, Cara Sehat Mengasuh Anak, Jakarta: Puspaswara, 2006.
Made Wirartha, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi dan Tesis, Yogyakarta: Andi, 2006.
Mardiya, Kiat Khusus Membangun Keluarga Sejahtera, Jakarta: BKKBN Pusat. 2000.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif Dilengkapi Contoh Proposal dan Laporan Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2010.
Syamsul Yusuf, Faktor Perkembangan Anak, Jakarta : Bina Nusa, 2007.